Oleh : Zu'alfi Azyadi
Agama kita mengajarkan hendaknya kita sabar setiap kali menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Sebagaimana kita ketahui bahwa ajaran Rasulullah SAW, misalnya dalam hal makan tetapi hendaknya makanan itu seadanya, tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, maka kita dilarang oleh Nabi menyumpah-nyumpah makanan itu. Kita dilarang oleh Nabi mencari-cari yang bukan-bukan, kita harus makan hidangan yang telah tersedia itu dengan penuh syukur dan gembira, dengan sabar dan dimakannya tenpa perasaan yang bukan-bukan. Kita harus dapat menyesuaikan diri terhadap realita yang meskipun realitas yang dihadapinya tidak sesuai dengan keinginannya.
Agama kita mengajarkan hendaknya kita sabar setiap kali menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Sebagaimana kita ketahui bahwa ajaran Rasulullah SAW, misalnya dalam hal makan tetapi hendaknya makanan itu seadanya, tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, maka kita dilarang oleh Nabi menyumpah-nyumpah makanan itu. Kita dilarang oleh Nabi mencari-cari yang bukan-bukan, kita harus makan hidangan yang telah tersedia itu dengan penuh syukur dan gembira, dengan sabar dan dimakannya tenpa perasaan yang bukan-bukan. Kita harus dapat menyesuaikan diri terhadap realita yang meskipun realitas yang dihadapinya tidak sesuai dengan keinginannya.
Hendaknya dapat mensyukuri hasil perjuangannya dan memperoleh kepuasan. Mensyukuri atas hasil perjuangan dalam agama kita dinamakan mensyukuri nikmat. Syukur bergembira atas hasil yang didapatnya apapun keadaannya. Berterimakasih kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat karuni-Nya kepada kita, baik yang diminta maupun yang tidak diminta.
Syukur bukan sekedar bergembira, bukan sekedar mengucapkan Alhamdulillah terhadap apa yang dia dapat. Tetapi syukur yang sebenarnya adalah melaksanakan pemberian tuhan sesuai dengan kehendak tuhan, misalnya kita diberi oleh tuhan nikmat lahir dan batin, kita dikaruniai oleh tuhan nikmat kesehatan, diberi oleh tuhan dengan nikmat umur yang panjang dan lain-lain kenikmatan lagi. Semua pemberian tuhan itu dimaksudkan agar supaya kita menghambakan diri kepadaNya, menyembah kepadaNya firman Allah SWT : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Ku. (QS. Adz Dzariyaat ; 56)
Oleh karena itu mensykuri nikmat tidak lain telah melaksanakan perintah-perintah Tuhan sesuai dengan keinginan Tuhan, karena itu telah diberi nikmat oleh Allah SWT.
Hendaknya kita selalu bersyukur dan berterimakasih kepada Allah SWT, orang yang tidak tahu bersyukur dan tidak bergembira atas pemberian nikmat dari Tuhannya. Tidak tahu syukur maka dalam agama disebut kufur nikmat. Orang yang seperti itu , dia telah ingkar terhadap karunia allah SWT.
Hendaknya kita selalu bersyukur dan berterimakasih kepada Allah SWT, orang yang tidak tahu bersyukur dan tidak bergembira atas pemberian nikmat dari Tuhannya. Tidak tahu syukur maka dalam agama disebut kufur nikmat. Orang yang seperti itu , dia telah ingkar terhadap karunia allah SWT.
Hendaknya kita merasa puas untuk memberi daripada menerima. Rasulullah telah memberikan semboyan kepada kita semua melalui sabdanya : “Tangan diatas lebih baik daripada tangan yang dibawah.” Orang yang suka memberi lebih baik daripada orang yang suka menerima. Sebagaimana kita semua tahu bahwa segala sesuatu itu tergantung pada latihan. Orang yang ingin jadi juara tinju harus latihan tinju, orang yang latihan balap sepeda jadi juara balap sepeda, orang yang latihan lari cepat, jadi juara lari cepat, dan orang yang latihannya untuk menerima pemberian semata-mata hanya meminta kemana-mana, maka orang itu akan menjadi juara miskin. Oleh karena latihannya sehari-hari jadi orang miskin.Betigu juga sebaliknya orang yang latihannya latihan kaya, suka memberikan pertolongan terhadap orang yang kecingkrangan, memberikan pertolongan untuk fakir miskin, kepentingan sosial, maka orang ini akan dikabulkan oleh Tuhan menjadi juara kaya, akan diganti oleh Allah SWT dengan ganti yang berlipat ganda.
Hendaknya orang secara relatif bebas dan dapat menguasai rasa tegang dan cemas.Orang yang cemas terus menerus adalah orang yang tidak mempunyai Tawakkal, tidak mempunyai keyakinan bahwa dibalik itu ada satu sandaran yang kuat dan terkuat yaitu Allah SWT. Allah SWT menyatakan dalam Al Qur’an yang artinya “Apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah”(QS.Ali Imrom:159).
Sebagai umat yang beragama dan beriman, kita telah dituntun oleh Allah Swt agar segera bertaubat, agar kembali kejalan yang benar.Rasulullah saw bersabda : “walaupun engkau hai manusia pernah berbuat dosa kepada Tuhan sehingga langit itu penuh dengan dosamu, asalkan engkau menyesal, taubat dengan taubat nasuha, maka Aku jamin bahwa taubatmu akan diterima oleh Allah SWT.” (HR. Ibnu Majah)
Dengan bertaubat, insya Allah kita dari hal-hal yang tidak dianjurkan dalam Islam selama ini dan berusaha berjuang memperbaiki diri. Insya Allah kita akan menjadi orang-orang yang sabar dan mulia dihadapan Allah Swt. Kita berusaha menciptakan rasa tenggang rasa yang tinggi, rasa kasih sayang terhadap umat sesama muslim dan umat manusia pada umumnya. sebagaimana Allah mempunyai sifat Maha Pemurah, Maha Pengasih, hendaknya menyesuaikan dengan sifat-sifat ketuhanan. Inilah syarat yang harus dilaksanakan bagi seseorang yang ingin mendapatkan kesehatan jiwa serta mendapat ketenangan didunia dan Akhirat.
Demikianlah tulisan singkat ini mudah-mudahan akan dapat dipetik hikmah dari uraian tersebut diatas dan akan bermanfaat bagi kita beserta keluarga dan umat manusia. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar